Gado-gado Khas Malang. Masak dan foto oleh: Budhe Handaru Wiyati |
Anak-anak
dan sayur. Kedua kata itu sama sekali tidak terdengar seperti kawan
baik. Begitu pun dengan saya, semasa kecil tidak suka sayur. Tapi saya ingat betul masakan pertama yang membuat jatuh cinta
pada sayur.
Saat itu kami sekeluarga menghadiri acara pengajian di rumah saudara. Saya yang berusia
sekitar tujuh tahun sama sekali tidak tertarik melihat hidangan dalam piring
yang penuh dengan sayur. Apa
daya atas nama sopan-santun saya terpaksa memakannya. “Sepiring kecil saja,” pikir saya. Tapi ternyata dari pada terpaksa memakannya, saya
malah terpaksa minta tambah. Itulah
kali pertama saya berkenalan dengan gado-gado.
Momen itu terjadi di daerah asal saya, Malang. Setelah lebih
dewasa saya berkesempatan tinggal di beberapa kota lain. Rasa rindu pada
kampung halaman antara lain pada masakan yang memanjakan sejak kecil. Maka
untuk mengobati rasa rindu tak jarang saya mencari penjual makanan yang
mengingatkan pada kota Malang.
Ada banyak daerah yang mengenal masakan gado-gado. Tapi saya baru
menyadari bahwa di daerah yang berbeda, makanan yang sama juga memiliki variasi
yang berbeda. Tak berhasil mendapat gado-gado seperti angan-angan, maka kerinduan pada kampung halaman pun
makin membesar.
Perbedaan
yang paling saya rasakan pada gado-gado di Malang dengan daerah lain adalah
pada pemilihan jenis sayurnya. Gado-gado favorit saya diisi dengan buncis,
wortel, kecambah, selada, dan irisan timun serta tomat segar. Lauk dari potongan
tempe, tahu, dan telur rebus. Sausnya dari kacang tanah, bawang putih, lombok
besar yang sudah digoreng dan dihaluskan, kemudian dengan tambahan gula jawa
direbus dalam air santan hingga mengental dan berminyak. Terakhir, taburan bawang
goreng, kerupuk bawang, dan emping belinjo siap menyempurnakannya..
Sensasi saat menggigit sayuran yang segar
dan limpahan saus kacang yang gurih dan manis membuat lidah saya terlena
dimanjakan. Satu porsi gado-gado sudah memiliki kandungan gizi yang
lengkap. Karbohidrat biasanya diisi dengan lontong. Tapi kalau pun tidak dilengkapi
lontong, selada dapat menjadi pilihan karbohidrat yang lebih baik bagi tubuh.
Protein hewani oleh telur, protein nabati dari tempe dan tahu. Kacang-kacangan
dari kacang tanah dan buncis. Vitamin dari wortel dan tomat, serta limpahan
gizi dari kecambah. Lengkap!
Sayangnya
kandungan gizi yang lengkap itu baru bisa diperoleh bila semua bahan diolah
dengan tepat. Biasanya kandungan gizi dalam makanan rusak karena terlalu lama
dimasak. Sayur sudah terasa tidak segar, lauk terlalu kering, saus kacang dan
santan dihangatkan berulang kali. Tapi bila semua bahan dalam keadaan segar dan
dimasak dalam waktu yang tepat, maka bersamaan bisa didapatkan makanan yang
sehat dan rasa yang lezat.
Tempat favorit saya untuk mendapatkan gado-gado ada di sekitar tempat tinggal, di kecamatan Lawang. Pedagang pinggir jalan depan Apotek Hero di Pasar Lawang, dan warung rumahan di Pasar Cilik, Kalirejo. Tidak tahu apakah sekarang keduanya masih berjualan gado-gado. Sekalipun tidak ada, saya bisa selalu kembali ke dapur ibu sendiri, tempat favorit yang selalu terbuka.
Top.. membuat saya ngiler waktu malam.. kangen gado2
BalasHapusTerima kasih Mbak. Bon Appetite. :-D
Hapus