Penipuan Terbesar


Ratna baru saja pulang dari merantau di kota. Ia sedang bersantai menemani tetangga sebelah rumah beristirahat setelah memanen jagung.

"Dapat berapa banyak, Ning?"
"Empat belas karung, Rat."
"Cukup?"
"Alhamdulillah. Sepuluh karung itu cukuplah untuk cicilan bank hingga bulan depan. Empat karung lagi bisa untuk tambah-tambah lauk buat pengajian, mendak* bapaknya anak-anak minggu depan.”

Ada perih di hati Ratna mendengar jawaban itu. Ia menelan ludah sebelum memberanikan diri bertanya lagi. 

“Si Sulung baru lulus SMP, ya? Sudah ada buat tebus ijazahnya? Panen lagi masih lama, kan?"

"Pasrah saja, Rat. Insyaallah ada saja rezeki anak-anak nanti," jawab Ningsih kalem.

Tit tit, tit tit.

Ningsih mengeluarkan hape dari saku celananya yang lusuh berdebu. 

“PESAN RESMI
dari Bank BRI
no anda mndptkn
hadiah ke-2 Rp175jt 
silahkan cek di...”

“Halah! Langsung hapus aja, Ning! Penipuan itu,” sela Ratna.

“Jangan!” jawab Ningsih tegas.

“Lah, kenapa? Bahaya lho itu.” 

“Dari semua SMS penipu yang pernah kudapat, ini yang jumlahnya paling besar.” Ningsih  tersenyum sambil menggenggam hape-nya kuat-kuat.

Ratna menahan mulutnya yang terlanjur terbuka, siap berkomentar panjang lebar. Ia hanya bisa terdiam membayangkan Ningsih senyum-senyum sendiri membaca SMS itu kembali tiap jenuh memikirkan kebutuhan esok hari. 

Catatan:
*Mendak: rangkaian acara peringatan kematian seseorang. Biasanya dilaksanakan pada peringatan satu tahun atau dua tahun kematian sesuai perhitungan kalender Jawa. Pada peringatan tiga tahun, umum disebut nyewu (seribu hari).

Komentar

Posting Komentar